Bunyi Pengertian Hukum Gossen 1 dan 2, Contoh,
Kegunaan dan Nilai barang, Ekonomi
Bunyi Pengertian Hukum Gossen 1 dan 2,
Contoh, Kegunaan dan Nilai barang, Ekonomi - Herman Heinrich Gossen, seorang
ekonom Jerman mencoba menyelidiki cara pemuasan kebutuhan manusia terhadap
barang dan jasa. Hasil penyelidikan Gossen ini menghasilkan hukum Gossen I dan
II. Sebelum memahami hukum Gossen, Anda perlu mengenal konsep kegunaan total
(total utility) dan kegunaan marginal (marginal utility) terlebih dahulu.
Kegunaan total adalah total kepuasan seorang individu yang diperoleh dari
konsumsi suatu barang atau jasa dalam suatu periode waktu tertentu. Kegunaan
total individu akan meningkat apabila jumlah yang dikonsumsi bertambah, tetapi
pertambahan manfaatnya berkurang. Artinya setiap unit tambahan yang dikonsumsi
menambahkan nilai guna marginal yang lebih kecil dibandingkan dengan unit
sebelumnya, seiring dengan kejenuhan individu terhadap produk tersebut. Setiap
individu akan mendapatkan kepuasan yang berbeda dalam mengonsumsi sejumlah
barang yang sama. Dasar penilaian tersebut relatif, yaitu setiap individu bebas
untuk memberikan penilaian atas suatu barang (subjektif). Perbedaan di antara
kepuasan yang diperoleh individu dalam mengonsumsi barang harus dibayar dengan
suatu pembayaran untuk memperoleh barang tersebut.
Kegunaan marginal (marginal utility)
merupakan peningkatan kepuasan seorang konsumen karena mengonsumsi satu unit
tambahan barang atau jasa. Kebanyakan barang dan jasa memiliki kegunaan marginal
yang terus menurun. Artinya, saat konsumsi suatu produk meningkat, nilai guna
tambahan yang diperoleh dari tiap unit tambahan akan turun secara bertahap.
Nah, dalam hal ini konsumen dikatakan mempunyai kepuasan marginal yang menurun
ketika ia semakin merasa puas dengan mengonsumsi produk itu. Jadi, nilai guna
marginallah yang menentukan apakah sesuatu barang itu mempunyai harga yang
tinggi atau rendah. Hal ini akan diperjelas dalam hukum Gossen berikut.
Untuk memahami hukum Gossen 1,
perhatikan contoh berikut.
Setelah seharian bekerja Andi merasa
sangat lapar. Satu porsi nasi beserta lauk-pauknya akan memberikan kepuasan
total yang amat besar bagi Andi. Sehingga, bisa dinilai sebesar 10 util (util =
satuan kepuasan). Karena masih merasa lapar, Andi menambah satu porsi lagi.
Tetapi, karena perut Andi sudah terisi oleh porsi nasi pertama, kepuasan yang
diperoleh karena memakan porsi nasi kedua tidak sebesar 10 util, melainkan
hanya 6 util.
Dengan demikian, kepuasan total yang
diperoleh setelah makan dua porsi nasi akan berjumlah 16 util. Jika Andi masih
bernafsu untuk menambah dengan porsi ketiga, bukan tidak mungkin Andi akan
menjadi sakit karenanya. Sehingga, bukan kepuasan yang Andi peroleh melainkan
penderitaan.
Karena tidak memberikan kepuasan,
manfaat porsi nasi ketiga menjadi negatif sebesar –5 util dan kepuasan total
yang diperoleh dari tiga porsi nasi tersebut 11 (lihat tabel 1).
Tabel 1. Hubungan Jumlah Barang yang
Dikonsumsi dengan Kepuasan Total dan Kepuasan Marginal yang Diperoleh
Jumlah Porsi Nasi yang
Dikonsumsi
|
Kepuasan Total
(Total Utility)
|
Kepuasan Marginal
(Marginal Utility)
|
0
|
0
|
0
|
1
|
10
|
10 = (10 – 0)
|
2
|
16
|
6 = (16 – 10)
|
3
|
11
|
–5 = (11 – 16)
|
Pada tabel di atas, kolom marginal
utility memperlihatkan adanya penurunan dari 10 sampai –5. Setelah makan pada
porsi ke-1 kenikmatan dinilainya 10 util. Pada porsi ke-2, tambahan kenikmatan
menurun sehingga dinilai 6 util dan kepuasan total bertambah menjadi 16 util.
Pada porsi ke-3, kepuasan menjadi negatif (–5). Apabila kepuasan total dan
kepuasan marginal ditampilkan dalam bentuk grafik maka kurvanya seperti berikut
ini. Kurva ini menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang dikonsumsi dengan
tingkat kepuasan yang diperoleh.
Gejala tambahan kepuasan yang tidak
proporsional seperti dijelaskan di atas dikenal sebagai The Law of Diminishing
Marginal Utility (Hukum Tambahan Kepuasan yang Terus Menurun). Hukum ini
dikenal sebagai Hukum Gossen 1.
Selengkapnya Hukum Gossen I
berbunyi:
"Jika jumlah suatu barang yang
dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu terus ditambah, maka kepuasan total yang
diperoleh juga bertambah. Akan tetapi, kepuasan marginal akan semakin
berkurang. Bahkan bila konsumsi terus dilakukan, pada akhirnya tambahan kepuasan
yang diperoleh akan menjadi negatif dan kepuasan total menjadi berkurang."
Hukum Gossen I tersebut menyatakan
pemuasan kebutuhan secara vertikal yaitu pemuasan satu macam kebutuhan yang
dilakukan secara terus-menerus, sehingga kenikmatannya semakin lama semakin
berkurang dan akhirnya dicapai titik kepuasan. Namun, Hukum Gossen I mempunyai
kelemahan. Dalam praktik, orang tidak akan memuaskan satu macam kebutuhan
sampai sepuas-puasnya, tetapi setelah mencapai titik kepuasan tertentu akan
menyusul kebutuhan yang lain, hal ini karena kebutuhan itu bermacam-macam. Maka
Hukum Gossen I dilengkapi dengan Hukum Gossen II (simak pendalaman materi
berikutnya).
Hukum Gossen 1 membatasi jumlah
objek konsumsi, yaitu satu jenis barang. Pada kenyataannya konsumen memerlukan
bermacam-macam jenis barang (dan jasa). Dengan sumber dana terbatas konsumen
harus mencari kombinasi unit dari berbagai jenis barang, agar semua
kebutuhannya bisa terpenuhi dan kepuasan maksimal bisa tercapai.
Masalah tersebut dirumuskan dalam
Hukum Gossen 2 yang berbunyi:
"Seorang konsumen akan
membagi-bagi pengeluaran uangnya untuk membeli berbagai macam barang sedemikian
rupa hingga kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi secara seimbang."
Pembelian berbagai barang ini
sedemikian rupa hingga rupiah terakhir yang dibelanjakan untuk membeli sesuatu
memberikan kepuasan marginal yang sama. Apakah itu pengeluaran untuk membeli
barang yang satu atau untuk membeli barang yang lain.
Coba Anda baca kembali materi
tentang kelangkaan di Sumber Daya Ekonomi.
Berdasarkan Hukum Gossen 2 ini,
manusia berusaha memenuhi kebutuhannya yang bermacam-macam sampai pada tingkat
intensitas yang sama. Ada kebutuhan akan makan, pakaian, perumahan, kesehatan,
dan lain-lain. Nah, dari kebutuhan pada tingkat intensitas yang sama, seseorang
tidak akan menghabiskan uangnya hanya untuk membeli pakaian saja. Akan tetapi,
uang yang dimilikinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan lainnya sesuai dengan
tingkat kebutuhannya.
Contoh :
Togar mempunyai penghasilan
Rp600.000,00. Untuk memenuhi semua kebutuhannya selama satu bulan diperlukan
Rp750.000,00. Bagaimana caranya agar Togar dapat menggunakan uangnya seekonomis
mungkin dan kepuasan maksimum tercapai? Simak terus uraian berikut.
Togar perlu membuat tabel pemuasan
kebutuhan secara vertikal dan horizontal. Secara horizontal dari data jenis
kebutuhan yang harus dipenuhinya, misalnya makan, pakaian, perumahan,
kesehatan, dan lain-lain. Sedangkan, secara vertikal diurutkan jumlah kebutuhan
yang harus dipenuhi. Berdasarkan jenis dan jumlah kebutuhan, dibuatkan nilai
kepuasan dari yang tertinggi sampai terendah. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
tabel berikut.
Tabel 2. Pemuasan Kebutuhan Secara
Vertikal dan Horizontal
Jumlah
|
Makan
|
Pakaian
|
Perumahan
|
Kesehatan
|
Kesenangan
|
1
|
10
|
||||
2
|
9
|
9
|
|||
3
|
8
|
8
|
8
|
||
4
|
7
|
7
|
7
|
7
|
|
5
|
6
|
6
|
6
|
6
|
6
|
6
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
7
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
8
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
9
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
10
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
11
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Jumlah
|
55
|
45
|
36
|
28
|
21
|
Dari tabel di atas, terlihat bahwa
makan mempunyai nilai tertinggi yaitu 10, pakaian 9, perumahan 8, kesehatan 7,
dan kesenangan 6. Golongan kebutuhan marginal adalah kebutuhan ke-5, yaitu
kebutuhan kesenangan. Jika seluruh penghasilan Togar digunakan untuk makan,
nilai kepuasannya berjumlah 55. Hal ini tidak mungkin dilakukannya karena ia
harus membagi uang sesuai intensitasnya (tingkatan) kebutuhan. Jika uang yang
dimilikinya Rp 600.000,00 dan setiap satuan jumlah kebutuhan, misalnya
dibutuhkan Rp 50.000,00, jumlah satuan kebutuhan yang terpenuhi, yaitu:
=
30 unit
Hukum Gossen II tersebut merupakan
pemuasan kebutuhan secara horizontal. Pemuasan kebutuhan secara horizontal,
yaitu pemuasan kebutuhan tidak bertumpu pada satu jenis barang saja, melainkan
berusaha pula untuk memenuhi kebutuhan akan barang lainnya.
Komentar